Lebih jauh, beberapa negara di Afrika dapat dirugikan jika pemerintahan Trump memutuskan untuk menghentikan Undang-Undang Pertumbuhan dan Peluang Afrika (AGOA).
Direktur eksekutif Pusat Perdagangan Internasional menyatakan bahwa tarif 'balas dendam' antara AS dan China dapat berdampak buruk pada negara-negara berkembang.
Pamela Coke Hamilton, yang merupakan kepala badan gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Perdagangan Dunia, menyatakan bahwa perang dagang yang sedang berlangsung dan eskalasi tarif dapat menimbulkan masalah yang lebih parah lagi, yaitu pemotongan bantuan asing.
“Ini sangat besar. Jika eskalasi antara China dan AS ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan penurunan perdagangan antara kedua negara hingga 80 persen, dan efek berantainya dapat menjadi bencana besar,” katanya.
“Tarif dapat memiliki dampak yang jauh lebih buruk daripada pencabutan bantuan asing,” Coke-Hamilton memperingatkan, karena negara-negara berkembang dapat menanggung beban kerugian ekonomi yang dipicu oleh perang dagang yang sedang berlangsung.
Pusat Perdagangan Internasional juga memperkirakan bahwa perdagangan global dapat menyusut 3-7 persen, dan PDB global dapat merosot 0,7 persen, dengan negara-negara berkembang menjadi yang paling terdampak.