Berjibaku menyerap produksi beras lokal demi mengamankan stok

Bulog berupaya keras memenuhi cadangan gabah dan beras dari produksi dalam negeri namun terkendala harga tinggi.

Ilustrasi Alinea.id/Marzuki Darmawan.

Bulan Maret, April, dan Mei adalah tiga bulan penting di mana panen raya padi berlangsung di sentra-sentra produsen padi seluruh wilayah Indonesia. Tiga bulan di kuartal kedua ini juga menjadi andalan produksi beras surplus dan bisa menutup kebutuhan konsumsi sepanjang tahun. 

Selain memenuhi kebutuhan rutin konsumsi beras, panen raya juga menjadi momen penting bagi Perum Bulog untuk mengisi stok, baik Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maupun stok komersial. Sayangnya, untuk menyerap beras produksi dalam negeri ini masih banyak tantangan yang menghadang. Salah satunya, fluktuasi harga gabah dan beras yang membuat penyerapan terkendala.

Untuk itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras demi mempermudah proses penyerapan produksi oleh Bulog. HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik menjadi Rp5.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp4.200 per kg. Selain gabah, HPP beras di gudang Bulog juga dinaikkan dari Rp8.300 per kg menjadi Rp9.950 per kg. 

Hal ini dilakukan agar harga yang ditawarkan cukup kompetitif. “Kami sudah tugaskan Bulog melakukan cadangan beras pemerintah 2,4 juta ton dengan ending stock 1,2 juta ton dan mengutamakan pada penyediaan dari dalam negeri,” kata Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional  I Gusti Ketut Astawa dalam Alinea Forum bertajuk “Memperkuat CBP dari Pengadaan Dalam Negeri”, Senin (17/4).