Berpotensi rugi, proyek bijih besi Krakatau Steel tetap jalan

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan proyek Krakatau Steel berjalan.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan proyek pengolahan bijih besi menjadi hot metal atau blast furnace di bawah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) masih akan tetap berjalan meskipun dinilai berpotensi merugikan perusahaan. / Antara Foto

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan proyek pengolahan bijih besi menjadi hot metal atau blast furnace di bawah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) masih akan tetap berjalan meskipun dinilai berpotensi merugikan perusahaan.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan proyek yang menghabiskan biaya Rp10 triliun atau setara US$714 juta itu harus tetap berjalan meski ada gejolak di internal perusahaan.

"Kita harap masih terus beroperasi, bahwa kita tahu itu masih ada masalah di dalamnya, kita ingin jalan terus," katanya saat ditemui Jakarta, Rabu (24/7).

Sebelumnya Komisaris Independen Krakatau Steel Roy Maningkas mengajukan pengunduran diri dari jabatannya karena karena menolak berjalannya proyek blast furnace tersebut.

Roy menilai operasional pabrik tersebut bakal merugikan perseroan. Menurut Roy, beroperasinya pabrik pengolahan bijih besi tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar Rp1,2 triliun. Hal ini disebabkan karena biaya produksinya yang melebihi harga jual.