Faisal Basri: Biodiesel tidak serta merta perbaiki neraca dagang

Biodiesel digadang-gadang memperbaiki neraca dagang.

Ilustrasi. Foto Antara.

Pemerintah terus mendorong program biodiesel yang saat ini sudah mencapai 30% (B30) menjadi biodiesel 40% (B40) dan seterusnya. Program itu digadang-gadang bisa memperbaiki neraca dagang karena solar yang mulanya dipenuhi dari impor bisa ditekan dengan pencampuran crude palm oil (CPO).

Ekonomi Senior Faisal Basri mengatakan, program biodiesel tidak serta merta memperbaiki neraca perdagangan dengan pengurangan impor minyak solar. Pasalnya, program itu menjadikan ekspor sawit jadi berkurang.

Faisal meminta agar dua sisi tersebut dilihat dengan menimbang apakah penurunan impor solar dan penurunan ekspor sawit dampak dari program biodiesel.

"Perbaiki transaksi perdagangan karena impor solar bisa dikurangi, neraca perdagangan membaik, salah. Digantikan biodiesel maka ekspor sawit kita turun," katanya dalam acara Launching dan Bedah Buku Kekuatan Oligarki dan Orang Kuat dalam Bisnis Biodiesel Senin (31/1).

Kemudian, penghematan subsidi dari APBN karena program ini, menurutnya, sama sekali tidak benar. Menurutnya, harga solar Rp5.500 per liter sama dengan biodiesel Rp5.500 per liter, tapi ongkos keekonomian biodiesel lebih besar.