Ahli: Butuh 5 tahun untuk studi pemanfaatan LTJ lumpur Lapindo

Ahli memandang studi mengenai LTJ lumpur Lapindo tergantung pada lokasi.

Dokumen foto semburan lumpur panas dari eks-proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Foto Antara/Eric Ireng)

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur memiliki kandungan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth. Akan tetapi, kajian yang dilakukan masih bersifat umum.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan studi secara rinci mulai dari eksplorasi hingga ke hilirisasi dan industri LTJ akan ditentukan oleh kompleksitas lokasi.

"Untuk studi pemanfaatan logam tanah jarang di lokasi lumpur Lapindo sedikitnya memerlukan waktu selama 5 tahun sampai mendapatkan studi kelayakan yang komprehensif," ucapnya kepada Alinea.id, Selasa (25/1).

Menurutnya, jika sudah dinyatakan layak dari segala aspek, dilanjutkan dengan pembangunan infrastruktur, penambangan, sampai kepada teknologi smelter yang tepat. Sehingga, logam tanah jarang dapat diekstraksi secara optimal.

Dia menyarankan, industri hilirisasi yang terintegrasi dikembangkan apabila terdapat potensi cadangan LTJ di lumpur Lapindo, litium, dan stronsium terbukti dapat dikelola secara teknis dan ekonomis.