2017, tahun terburuk bagi Batam

Pertumbuhan ekonomi Kota Batam hanya sekitar 2% secara tahunan, terjun bebas dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 6%.

Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) Elvyn G Masassya (kiri) bersama Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Bambang Eka Cahyana (kanan), Direktur Utama PT IPC Terminal Petikemas M Adji (kedua kiri) dan Direktur Utama PT Prima Indonesia Logistik Akhmad Hidayat Alcaff (kedua kanan) berfoto bersama usai penandatanganan perjanjian di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12). ANTARA FOTO/Puspa

Tahun 2017 nampaknya menjadi titik nadir bagi perekonomian Kota Batam, Kepulauan Riau, dengan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 2% secara tahunan atau year on year (yoy), terjun bebas dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 6% hingga 7% (yoy).

Pada semester I 2017, pertumbuhan ekonomi Kepri bahkan hanya menyentuh angka 1,04% (yoy), menjadi satu yang terburuk di Indonesia. Padahal kota itu dikembangkan untuk menjadi lokomotif perekonomian Indonesia.

Memang, Kota Batam hanya satu dari tujuh kabupaten/kota di Kepri. Namun Batamlah yang memiliki kontribusi paling besar di Kepri. Pertumbuhan ekonomi Kepri adalah cerminan dari Batam. Yang terjadi pada 2017 adalah mimpi buruk bagi kota yang dianggap memiliki potensi ekonomi terbaik di Indonesia. Kota yang berhadapan dengan Selat Malaka, perairan tersibuk di dunia.

"Sepanjang 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya akan tumbuh pada kisaran 2,2% hingga 2,6% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2016, sebesar 5,03%," Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, melansir Antara.

Bank Indonesia mencatat, pelemahan ekonomi sudah terjadi sejak 2016, namun semakin parah memasuki 2017. Kinerja pertumbuhan ekonomi Kepri sepanjang triwulan I sampai III 2017 menjadi yang terendah di Sumatera. Laju pertumbuhan ekonomi Kepri juga tumbuh lebih rendah dibanding nasional.