Hingga Mei, BRI restrukturisasi 2,6 juta debitur

Mayoritas restrukturisasi dilakukan kepada nasabah di segmen mikro yang terdiri dari 1,2 juta nasabah.

Seorang pensiunan PNS memperlihatkan kartu Automatic Teller Machine (ATM) milik Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang baru diterimanya oleh petugas bank di Medan, Sumatera Utara, Rabu (1/4/2020). Foto Antara/Septianda Perdana/hp.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyampaikan telah melakukan restrukturisasi kepada 2,6 juta debitur yang terdampak Covid-19 sejak 16 Maret-31 Mei. Total baki debet restrukturisasi tersebut sebesar Rp160,5 triliun.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan mayoritas restrukturisasi tersebut dilakukan kepada nasabah di segmen mikro yang terdiri dari 1,2 juta nasabah dengan nilai restrukturisasi mencapai Rp60,61 triliun.

Lalu, nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebanyak 1,2 juta debitur dengan nilai Rp21,91 triliun, nasabah segmen ritel sebanyak 90.609 debitur dengan nilai Rp67,76 triliun. Kemudian nasabah di segmen konsumer sebanyak 30.877 debitur dengan nilai restrukturisasi Rp8,42 triliun, dan nasabah di segmen menengah korporasi sebanyak 69 debitur dengan nilai Rp1,8 triliun.

"Apa dampaknya bagi BRI? Karena angsuran nasabah dari UMKM ditunda, maka kami mengalami penundaan penerimaan cashflow, penundaan penerimaan likuiditas," kata Sunarso dalam webinar HIPMI, Selasa (16/9).

Namun, ia mengatakan pemegang saham Bank BRI tak perlu khawatir dengan dampak restrukturisasi ini. Sebab, jika respons perbankan sudah strategis dan jelas dalam menghadapi krisis, maka hal tersebut akan memberikan peluang setidaknya 50% untuk keluar dari krisis.

Sunarso optimistis perusahaan akan tetap membukukan untung dan laba di tahun 2020 meskipun jumlahnya tidak besar dan akan menurun tajam.

"Kalau tahun lalu kami meraup laba Rp34,4 triliun dan kami setor dividen Rp20,6 triliun, maka tahun ini kalau kami bisa dapat laba separuh saja dari tahun lalu maka sudah bagus," tuturnya.