Dana bansos besar, tapi serapan produksi bahan pangan rendah

Besaran bansos tersebut tidak berbanding lurus dengan serapan produksi bahan pangan lokal di daerah.

Ilustrasi pertanian. Foto Pixabay.

Anggota Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan, Khudori menilai adanya diskoneksi antara program bantuan sosial yang digalakkan pemerintah dengan tingkat produksi bahan pangan di daerah.

Dia menghitung, dana yang digelontorkan untuk sektor ini cukup besar. Yakni, untuk Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp 8,3 triliun bagi 10 juta keluarga, program sembako Rp15,5 triliun untuk 20 juta keluarga, dan bansos tunai Rp16,2 triliun untuk 9 juta penerima manfaat. Besaran bansos tersebut tidak berbanding lurus dengan serapan produksi bahan pangan lokal di daerah. Bahkan dalam empat bulan terakhir, harga subsektor pertanian hortikultura anjlok di pasaran, begitupun dengan harga ayam peternak.

"Sekarang terlihat ada diskoneksi antara berbagai bantuan yang hampir semua terkait kebutuhan pokok, tapi tidak terkoneksi dengan produksi hulu," katanya dalam webinar, Kamis (8/10).

Rendahnya serapan sejumlah bahan kebutuhan pokok tersebut, dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis angka deflasi tiga bulan berturut-turut. September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%, setelah sebelumnya di Agustus juga mengalami deflasi 0,05%, dan Juli 2020 yang sebesar 0,10% secara bulanan (mtm).

Tingkat deflasi berturut-turut tersebut, lanjut Khudori, menunjukkan gejala yang tidak baik. Selain itu juga mencerminkan adanya depresiasi di tingkat petani dan peternak.