Defisit perdagangan, tanda berjalannya proyek infrastruktur

Jika proyek infrastruktur dan investasi swasta lain non infrastruktur tumbuh, sudah dipastikan membutuhkan barang modal dan barang baku

Pekerja dibantu alat berat melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal Penumpang Nusantara, Tanjung Priok, Jakarta./AntaraFoto

Defisit perdagangan yang terjadi di April, dinilai karena besarnya impor barang bahan baku seiring banyaknya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, defisit pada April 2018 ini, terjadi karena berlangsungnya proyek infrastruktur. Selain itu, proyek investasi swata juga meningkat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pembentukan modal domestik.

"Itu tahapannya sudah mulai jauh. Kalau tahun lalu selesai 10%, 2016 dan 2017 selesai lagi 10%. Proyek yang mulai dikerjakan dan belum selesai itu banyak. Belum lagi yang akan selesai pada 2018, dan seterusnya,"  jelas Darmin, Selasa (15/5) di kantornya. 

Jika proyek infrastruktur dan investasi swasta lain non infrastruktur mengalami pertumbuhan, sudah dipastikan membutuhkan barang modal dan barang baku. Pertumbuhan barang bahan baku akan sama tingginya dengan barang konsumsi. 

Meskipun tren defisit ke depan tidak selalu sama iramanya. Namun jika dilihat dari segi perkembangan ekonomi, merupakan hal positif.  "Kenapa positif? Karena investasi berjalan, baik investasi swasta maupun investasi dalam bentuk bangunan infrastruktur dan sebagainya," jelas Darmin.