Indef: Pemerintah tidak sensitif terhadap nilai tukar

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang semester I-2018 cenderung mengalami depresiasi.

Ekonom Senior INDEF, Didik J Rachbini, menilai, pemerintah tidak sensitif terhadap nilai tukar rupiah./Antara Foto

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang semester I-2018 cenderung mengalami depresiasi. Kurs rupiah tertekan 5,6% terhadap dollar Amerika Serikat (AS) selama semester 1-2018. Selama periode tersebut, pelemahan rupiah tertinggi terjadi 29 Juni 2018 yang mencapai Rp14.404 per dollar AS. 

Depresiasi rupiah tidak terlepas dari normalisasi kebijakan moneter AS melalui peningkatan suku bunga acuan AS. Selain itu, diikuti dengan kebijakan fiskal yang ekspansif. Dimana, pemerintah meningkatkan belanja dan mengurangi pajak.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini, menilai, pemerintah tidak sensitif terhadap nilai tukar rupiah. Itulah sebabnya, tim ekonomi gagal mengelola berbagai faktor yang mempengaruhi nilai tukar tersebut.

"Tim ekonomi kita itu tidak solid. Antara satu menteri dan menteri lainnya berkelahi. Ada masalah leadership kepemimpinan ekonomi yang berat pada saat ini," katanya, Selasa (31/7).

Nilai tukar mengalami tekanan karena pada pemerintaan saat ini, kurang memerhatikan sejumlah faktor yang berasal dari luar negeri, salah satunya adalah impor. Padahal dengan nilai tukar yang terus mengalami depresiasi, bisa memberatkan perekonomian nasional.