Industri retail melambat akibat penurunan konsumsi

Aprindo memprediksi industri ritel mampu tumbuh 8%-9% pada 2019 atau belum mencapai double digit.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan pertumbuhan bisnis retail pada akhir 2019 hingga 2020 masih akan berat. Alinea.id/Annisa Saumi

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan pertumbuhan bisnis retail pada akhir 2019 hingga 2020 masih akan berat. Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta mengatakan asosiasi masih berharap industri ritel mampu tumbuh 8%-9% pada 2019 di tengah perlambatan ekonomi.

"Cukup berat, tak bisa melampaui 10% pertumbuhannya," kata Tutum ditemui usai Musyawarah Nasional VII Aprindo, di Jakarta, Selasa (12/11).

Penjualan ritel dalam negeri terus mengalami perlambatan. Berdasarkan survei Bank Indonesia, penjualan September 2019 tumbuh melambat. Hal tersebut tercermin dari indeks penjualan riil (IPR) per September 2019 yang hanya tumbuh 0,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan IPR per Agustus 2019 sebesar 1,1% yoy.

Begitupula dengan penjualan riil secara triwulanan tumbuh melambat. Pada kuartal III-2019, BI mengindikasikan penjualan eceran pada triwulan III-2019 tumbuh 1,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan pada kuartal III-2018 yang tumbuh 4,6% yoy.

Perlambatan pertumbuhan ini, kata Tutum, lebih karena siklus perdagangan ritel, birokrasi perizinan, dan pengaruh dari perang dagang. Tutum menjelaskan peritel mengenal adanya bulan normal, yang dianggap bisa menutupi ongkos dan tidak mengalami kerugian.