Inilah dampak konflik Iran-Israel terhadap ekonomi Indonesia

Jika perang Iran dan Israel meluas, pastinya bakal mengganggu produksi dan distribusi minyak ke seluruh dunia. Termasuk ke Indonesia.

Rudal dibawa dengan truk saat pemimpin band tentara Iran memimpin band musik selama parade Hari Tentara di pangkalan militer di Teheran utara, Iran, Rabu, 17 April 2024. Foto AP/Vahid Salemi

Konflik yang memanas antara Iran dan Israel menjadi sorotan global. Pasalnya, dampaknya juga dapat dirasakan jauh di Indonesia. Ini karena, perang antara kedua negara tersebut diprediksi dapat menyebabkan kenaikan
harga minyak dunia, yang pada gilirannya memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Apalagi pada kenyataannya, Indonesia masih mengimpor sebagian besar kebutuhan minyak mentah dan BBM-nya, sehingga berpotensi terkena dampak langsung dari lonjakan harga minyak. Tidak heran jika, sejumlah pengamat menyebut kalau ada kemungkinan pemerintah bakal terpaksa menyesuaikan harga BBM dengan mengurangi subsidi atau menaikkan harga jual.

Namun, langkah tersebut tidak hanya berpotensi meningkatkan beban finansial bagi masyarakat, tetapi juga dapat memicu lonjakan inflasi. Kenaikan harga BBM dapat menjadi katalis untuk meningkatkan tingkat inflasi karena biaya produksi barang-barang berbasis bahan bakar akan naik, mengakibatkan kenaikan harga jual barang yang pada akhirnya akan membebani konsumen.

Tidak hanya itu, kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi memperburuk nilai tukar rupiah. Dengan ekspektasi terhadap perekonomian domestik yang menurun, sementara nilai dolar menguat, rupiah semakin tertekan. Biaya impor bahan baku dan bahan penolong yang semakin mahal akan meningkatkan biaya produksi barang, dan pada akhirnya akan tercermin dalam harga jual lebih tinggi.

Sebagai respons terhadap meningkatnya inflasi, bank sentral cenderung menaikkan suku bunga untuk menekan peredaran uang dan mengembalikan stabilitas harga. Namun, langkah ini juga dapat menekan pertumbuhan ekonomi yang sudah terbatas.