Intervensi pemda tolong petani di tengah anjloknya harga sayuran

Anjloknya harga sayur petani didorong oleh pelemahan daya beli masyarakat selama pandemi.

Masa panen seyogyanya menjadi momen yang membahagiakan bagi para petani. Peluh keringat mereka akan terbayar lunas setelah bergulat sekian lama di ladang dan sawah.

Sayangnya, hal itu tidak dirasakan sejumlah petani sayur di Pulau Jawa. Mereka justru buntung pada musim panen kali ini. Harga berbagai komoditas sayuran seperti cabai, ketimun, kol, tomat, bawang merah, dan lainnya anjlok beberapa bulan terakhir.

Kondisi ini memaksa para petani menjual hasil panennya dengan harga murah. Bahkan, sebagian petani memilih hasil panennya membusuk atau membagi-bagikan secara gratis lantaran tak mampu lagi menutup biaya produksi.

Misalnya saja, harga kol di Magelang, Jawa Tengah pada awal September anjlok dari yang normalnya Rp2.000/kg (kilogram) menjadi hanya Rp500/kg sebagaimana dilansir dari Antara. Harga tomat juga ambruk dari Rp4.000/kg menjadi Rp500/kg, sedangkan harga sawi turun dari Rp1.000/kg menjadi Rp250/kg.

Menurunnya harga sayuran ini juga beriringan dengan menurunnya nilai tukar petani (NTP) hortikultura yang juga mencakup petani sayuran sejak awal tahun. NTP sendiri mengukur perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar oleh petani. Bila NTP di atas 100, harga hasil produksi naik lebih besar dibandingkan harga konsumsi petani, begitu pun sebaliknya.