Jakarta berpeluang raih investasi perbaikan iklim kota

IFC menilai, Jakarta sebagai ibu kota Indonesia mampu menarik peluang investasi terbesar kedua dibanding kota lainnya yaitu hampir US$30 mil

Pekerja menyelesaikan pembangunan tanggul pengaman pantai di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta, Selasa (27/11)./AntaraFoto

International Finance Corporation (IFC), sebuah lembaga besutan organisasi Bank Dunia, merilis laporan terbaru terkait rekomendasi investasi bagi negara-negara berkembang, salah satunya untuk Jakarta. Model investasi ini dinilai memiliki peluang keuntungan cukup tinggi hingga mampu mencapai lebih dari US$29,4 triliun sampai 2030 mendatang. Adapun jenis investasi yang dimaksud adalah investasi di bidang perbaikan iklim kota.

Laporan ini menganalisis target perbaikan iklim kota dan rencana kegiatan di enam kawasan, mengidentifikasi peluang di sektor-sektor prioritas seperti bangunan ramah lingkungan, atau bangunan hijau, transportasi umum, kendaraan listrik, limbah, air, dan energi terbarukan. 

Pada laporannya tersebut, IFC turut menyoroti pendekatan inovatif yang telah digunakan oleh kota-kota. Seperti, obligasi ramah lingkungan dan KPS (Kemitraan Pemerintah Swasta) untuk menarik investor swasta dan membangun perkotaan yang berkesinambungan.

Lebih dari separuh penduduk dunia saat ini tinggal di daerah urban, perkotaan mengkonsumsi lebih dari dua pertiga sumber energi dan menghasilkan lebih dari 70% emisi karbon dioksida secara global.

Menurut Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), cara perkotaan mengatasi perubahan iklim akan menjadi penting bagi upaya membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.