Jatim klaim punya potensi jadi pusat industri halal

Indonesia menjadi importir produk halal terbesar global dengan nilai US$167,9 miliar.

Kawasan Industri Safe n Lock di Kabupaten Sidoarjo, Jatim, Juli 2017. Google Maps/Muhammad Bisri Afandi

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mengklaim, wilayahnya memiliki potensi sebagai pusat industri halal terintegrasi berbasis produk/jasa unggulan. Dalihnya, 40% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah mengantongi sertifikat halal, yang mayoritas sektor makanan dan minuman (mamin).

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Drajat Irawan, menerangkan, instansinya sudah memberikan fasilitasi halal kepad 385 industri kecil dan menengah (IKM) rentang 2017-2019. Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan 2.039 sertifikat halal dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) 184 sertifikat.

"BPJPH telah menerbitkan sertifikat halal sejak 17 Oktober 2019 sejumlah 184 sertifikat untuk Jawa Timur. Tahun ini, kita mendapatkan kuota fasilitasi untuk UMKM sebanyak 428 unit usaha," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (31/10).

Menurutnya, potensi Jatim sebagai kawasan industri halal (KIH) juga ditopang keberadaan Kawasan Industri Safe n Lock di Kabupaten Sidoarjo. Pangkalnya, telah mengantongi Surat Keterangan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Nomor 373/KPAII/X/2020 tanggal 22 Oktober 2020 sebagai KIH pertama di Jatim.

Kawasan Industri Safe n Lock, yang dikelola PT Berkah Makmur Amanda Tbk dan fokus pada pengembangan consumer good, mamin, dan kosmetik, mencapai 262 hektare (ha). Seluas 148 ha di antaranya sebagai sentral KIH.