Jokowi resmikan pabrik pupuk NPK di Aceh berkapasitas 1,14 juta ton

Jokowi juga menyesalkan matinya produktivitas dua pabrik besar pupuk di Aceh.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pernyataannya di acara Peresmian Pabrik NPK PT Pupuk Iskandar Muda, Jumat (10/2). (tangkapan layar youtube sekretariat presiden) 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kenaikan harga pangan yang saat ini meningkat tajam disebabkan adanya perubahan iklim, juga permasalahan pupuk yang merupakan dampak perang Rusia dan Ukraina. Konflik dua negara tersebut menurutnya juga telah mengguncangkan sektor pertanian, sehingga hampir seluruh negara mengalami penurunan produktivitas pertanian.

“Karena produktivitas menurun, akhirnya outputnya juga berkurang. Ini yang menjadikan harga pangan naik,” kata Jokowi dalam pernyataannya di acara Peresmian Pabrik NPK PT Pupuk Iskandar Muda, Jumat (10/2).

Berkaitan dengan pupuk, kebutuhan Indonesia terhadap pupuk diungkapkan Jokowi sebesar 13,5 juta ton, namun baru terpenuhi 3,5 juta ton. Kekurangan pupuk yang ada menurut dia, berdasarkan hasil kunjungan di banyak pedesaan Indonesia, ditemukan bahwa banyak petani mengeluh kelangkaan pupuk.

“Yang saya rasakan akhir-akhir ini, setiap ke desa ketemu petani, selalu yang disampaikan adalah ‘Pak pupuk nggak ada’ atau ‘Pak pupuk harganya tinggi’. Ya ini lah, kalau pupuk nggak ada, ya harganya pasti naik. Inilah masalah besar kita yang harus diatasi,” ujar dia.

Selain kebutuhan pupuk yang besar namun ketersediaannya yang sedikit, Jokowi juga menyesalkan matinya produktivitas dua pabrik besar pupuk di Aceh, yaitu PT Aceh Asean Fertilizer (AAF) dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) sejak 2005 silam karena masalah ketersediaan gas. Menurut dia, jika kebutuhan gas tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri, seharusnya bisa disuplai dengan impor.