Kala harga rumah kian tak terjangkau dompet milenial

Harga rumah di Bandung, Jakarta, dan Denpasar bahkan lebih mahal dibandingkan di New York, Singapura, dan Yokohama.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Sejak awal menikah 7 tahun lalu, Gema Brifaldi (31) dan istri sepakat mengusung konsep bahwa mengontrak akan lebih hemat ketimbang membeli rumah. Belum lagi, sulit baginya atau istri mengajukan kredit rumah alias KPR (kredit pemilikan rumah) di bank, mengingat pekerjaan keduanya yang hanya sebagai freelancer atau pekerja lepas.

“Kalau dikalkulasikan, biaya buat ngambil (KPR-red) rumah juga mahal banget,” katanya, kepada Alinea.id, Jumat (29/7).

Bagaimana tidak, kini kebanyakan harga rumah di pusat kota tempatnya tinggal, Yogyakarta telah mencapai Rp800 juta bahkan lebih untuk rumah dengan luas bangunan 90 meter persegi atau sekitar Rp400 juta untuk rumah dengan luas bangunan 36 meter persegi.

Artinya, jika Gema memilih untuk mengkredit rumah dengan harga Rp800 juta, setiap bulan pihaknya harus membayar sebesar Rp7-10 juta dengan jangka waktu sekitar 9,5 tahun atau Rp1,5 juta untuk periode cicilan hingga 44 tahun.

Namun, dengan mengontrak rumah, uang Rp1,5 juta per bulan bisa digunakannya untuk menempati rumah dengan luas bangunan 54 meter persegi dan luas tanah 120 meter persegi. “Dengan gaji Rp8 juta dan ini juga enggak tetap, tergantung seberapa banyak proyek yang masuk, rasanya kok buat nyicil rumah harga segitu susah banget. Apalagi itu, wong nabung Rp2 juta tiap bulan aja ngos-ngosan,” ujar ayah dua anak ini.