Kala merdunya narasi siniar mulai menggantikan lagu

Industri siniar atau podcast mulai mendapat tempat spesial di hati masyarakat mulai tahun 2018. 

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

"Hi…sekarang kamu lagi dengerin Podcast Rintik Sedu. Podcast exclusive dari Spotify, yang bisa kamu dengar gratis kapanpun. Terima kasih sudah berkenan dengar. Terima kasih sudah berkenan dengar aku cerita, ya karena…banyak hal yang harus di enggak papain,” kata Melly Agustin, menirukan kalimat pembuka podcast Rintik Sedu yang diucapkan Podcaster sekaligus penulis buku Nadhifa Allya Tsana.

Secara tidak sadar, kalimat yang membuka hampir setiap episode Podcast garapan Tim Rintik Sedu itu sudah sangat dihafal Melly. Bagaimana tidak, Podcast milik penulis buku Geez dan Ann itu sudah menemaninya sejak 2020. Itulah pertama kali ia menyadari bahwa podcast, tidak kalah menarik dari lagu-lagu yang sering diputarnya di platform pemutar musik Spotify.

Bagi perempuan 16 tahun ini, mendengarkan podcast sebelum tidur juga sudah menjadi rutinitas, menggantikan lullaby (lagu pengantar tidur) atau cerita-cerita ringan yang sering dikisahkan ayahnya sewaktu kecil. Tidak hanya itu, suara halus dan bahasan ringan dari podcaster-podcaster kesukaannya membuat pikirannya menjadi tenang.

“Kadang juga ada yang relate (berhubungan) juga sama aku. Kayak misalnya, kalau di Rintik Sedu itu kan sering banget bahas soal cinta bertepuk sebelah tangan, atau suka sama teman sendiri, atau kayak gimana caranya ngelupain mantan,” jelas siswi kelas XII di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta itu, kepada Alinea.id, Minggu (27/11).

Selain Rintik Sedu, Melly juga mendengarkan podcast lain yang juga menarasikan cerita soal percintaan dan patah hati, seperti Gema Membiru milik Firdhani Zihan dan Kukila, Little Talks dari Vania Winola, Teman Tidur punya Dera Firmansyah, hingga Kita dan Waktu yang dinarasikan oleh Helobagas.