Kalbe Farma tingkatkan pemasaran produk herbal

Perusahaan sedang dalam proses mempelajari situasi pasar di sejumlah negara, terkait dengan obat herbal. 

Kalbe melalui anak usaha PT Bintang Toedjoe bekerjasama dengan Ubaya dan Hanbang Bio (Kyung Hee University) Korea Selatan, mendirikan laboratorium kultur jaringan untuk mengembangkan produk herbal seperti bahan baku ginseng dan jahe merah yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku./AntaraFoto

PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan The Himalaya Drug Company, perusahaan farmasi asal India untuk pengembangan produk herbal.

Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius, mengatakan, perusahaan sedang dalam proses mempelajari situasi pasar di sejumlah negara, terkait dengan obat herbal. 

"Pasti di bidang herbal, seperti jahe merah dan kunyit dengan teknologi India. Biar win win, tidak impor saja. Tetapi juga memberdayakan sumber herbal Indonesia," kata Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius kepada media dalam acara Investor Summit di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (29/8).

Proses itu diperkirakan membutuhkan waktu selama tiga hingga enam bulan. Setelah itu, perusahaan akan masuk ke tahap selanjutnya untuk pembahasan kesepakatan lebih lanjut. "Kami ambil contoh di Dubai. Kami penetrasi dulu dengan produk Hydro Coco hingga terjadi penjualan berulang ke sana," kata Vidjongtius.

Perusahaan menargetkan penjualan ekspor dapat berkontribusi sebesar Rp1 triliun dari total target pendapatan yang sebesar Rp21 triliun, atau berkontribusi sebesar 6% dari keseluruhan. Sementara pada tahun lalu ekspor baru berkontribusi sebesar 5%. "Targetnya pertumbuhannya bisa 1% tiap tahun," imbuh dia.