Kantongi Rp811 miliar, AwanTunai genjot ekspansi dalam negeri

Pendanaan ekuitas berasal dari investor baru, BRI Ventures dan OCBC NISP Ventura, serta partisipasi pendanaan dari investor yang telah ada.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Perusahaan financial technology AwanTunai, platform pembiayaan untuk pedagang grosir dan eceran tradisional, memperoleh pendanaan US$56,2 juta atau Rp811 miliar dalam bentuk ekuitas dan pinjaman. 

Pendanaan ekuitas segar senilai US$11,2 juta atau Rp161,6 miliar berasal dari investor baru, BRI Ventures dan OCBC NISP Ventura, serta partisipasi pendanaan dari investor yang telah ada, yakni Insignia Ventures dan Global Brains. Sementara untuk fasilitas pinjaman diberikan Accial Capital dan Bank OCBC NISP senilai lebih dari US$45 juta. Dana itu untuk mendukung bisnis fintech grup AwanTunai di Indonesia.

Chief Executive Officer AwanTunai Dino Setiawan mengatakan, pendanaan dalam series A2 akan digunakan untuk membiayai ekspansi dalam negeri AwanTunai, yang bertujuan untuk memajukan dan memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) mikro Indonesia dengan menyediakan akses terjangkau dan cepat terhadap pembiayaan.

“AwanTunai sedang membangun infrastruktur data untuk digitalisasi transaksi pembelian persediaan offline. Data tersebut efektif untuk manajemen risiko kredit dan membuka kesempatan bagi UMKM mikro yang sebelumnya minim akses, agar dapat mengakses modal kerja yang berasal dari institusi perbankan mitra kami," kata Dino dalam keterangan resminya yang dikutip Alinea.id, Sabtu (28/8).

Pihaknya berharap AwanTunai menjadi platform yang membuat industri perbankan dapat menjangkau jutaan UMKM tradisional, yang sebelumnya sulit memperoleh layanan.

Hingga bulan Juni 2021, AwanTunai telah bekerja sama dengan lebih dari 160 mitra supplier untuk membantu pedagang grosir tradisional melakukan digitalisasi dan pembiayaan usaha mereka, serta menyediakan pembiayaan pembelian persediaan dan pemesanan online terintegrasi bagi konsumen warung UMKM mikro melalui aplikasi mobile AwanToko.

AwanTunai telah melayani lebih dari 8.000 pedagang mikro sebagai pengguna, dengan peningkatan jumlah pengguna yang berasal dari kota tier dua dan tiga di Indonesia.