Kemendag klarifikasi data impor jagung

Kemendag mengakui ada perbedaan data impor jagung pada kementerian dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Kemendag mengakui ada perbedaan data impor jagung pada kementerian dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui ada perbedaan data impor jagung pada kementerian dan Badan Pusat Statistik (BPS). Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan perbedaan tersebut terjadi karena variabel yang digunakan masing-masing lembaga berbeda.

Enggar juga mengakui ada dua data berbeda soal impor jagung yang beredar saat ini. "Dua-duanya benar, karena kan jenis jagung ada buat industri dan buat pakan ternak," ujar Enggar di Jakarta, Selasa (19/2)

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dalam debat pilpres pada 17 Februari 2019 lalu, menyebut impor jagung terus menurun sejak 2014 lalu. Menurut dia, pada 2014 impor jagung 3,5 juta ton, kemudian pada 2018 hanya sebesar 180.000 ton jagung. 

Akan tetapi, angka tersebut tidak sesuai dengan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebut impor jagung sebesar 737.220 ton.

Enggar mengungkapkan data yang disebut Jokowi merujuk pada perhitungan Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan). Data yang berasal dari kedua kementerian itu merupakan hasil impor jagung untuk pakan ternak. Sementara, data BPS merupakan total keseluruhan impor jagung.