Keputusan impor 2 juta ton beras dinilai dilematis

Kebijakan impor beras tersebut telah disetujui Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Keputusan Bulog untuk mengimpor 2 juta ton beras dinilai dilematis karena dilakukan pada masa panen raya. Dokumentasi Pemprov Jatim

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) ditugaskan kembali mengimpor beras sebanyak 2 juta ton sampai akhir 2023. Sebanyak 500.000 ton di antaranya diharapkan segera diimpor guna memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP).

Keputusan impor tersebut telah disetujui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) pada 24 Maret 2023. Menurut pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, kebijakan impor beras adalah keputusan dilematis karena bersamaan dengan panen raya.

"Keputusan ini amat dilematis. Di satu sisi, saat ini petani menikmati harga gabah tinggi. Biasanya, saat panen raya harga tertekan. Tentu ini menguntungkan petani. Di sisi lain, karena harga tinggi, Bulog kesulitan melakukan penyerapan," katanya kepada Alinea.id, Minggu (26/3).

Khudori mengatakan, peluang terbaik bagi Bulog untuk pengadaan CBP adalah panen raya seperti sekarang. Namun, jika penyerapan saat panen raya terlewat, maka target menyerap 2,4 juta ton beras petani nasional sepanjang 2023 dipastikan takkan terealisasi. Apalagi, 70% dari total target itu diharapkan diserap saat panen raya pada Mei dengan 1,2 juta menjadi stok akhir tahun.

"Sampai 24 Maret lalu, penyerapan Bulog baru 48.513 ton beras. Amat kecil. Pada pekan lalu, CBP yang ada di gudang Bulog hanya 280.000 ton. Jumlah ini amat kecil," ujar Khudori.