Catatkan kerugian US$712 juta, ini penjelasan Dirut Garuda Indonesia

Imbas Covid-19, jumlah penumpang mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90%.

Pesawat Garuda Indonesia. Dokumentasi Garuda Indonesia

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) harus menelan pil pahit. Sebab, perusahaan plat merah tersebut mencatatkan kerugian bersih sebesar US$712,72 juta sepanjang semester I-2020. 

Selain itu, beban usaha perseroan tercatat berkurang menjadi US$1,64 miliar, dibandingkan sebelumnya US$2,10 miliar. Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis dari yang sebelumnya melayani lebih dari 400 penerbangan per harinya, menjadi hanya berkisar diangka 100 penerbangan per hari. 

Selain itu, jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90%. Namun, pihaknya terus memperkuat langkah pemulihan kinerja seoptimal mungkin agar perseroan dapat segera rebound dan memperoleh pencapaian kinerja yang semakin membaik. 

"Fokus utama kami adalah mengupayakan perbaikan fundamental perseroan secara terukur dan berkelanjutan", kata Irfan, dalam keterangan resmi yang dikutip alinea.id, Minggu (2/8).

Irfan menerangkan, upaya pemulihan kinerja yang dilakukan Garuda Indonesia secara menyeluruh pada lini bisnis perseroan meliputi langkah optimalisasi pendapatan penumpang penerbangan berjadwal, layanan kargo udara, dan penerbangan charter.