Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB capai 17,83%

Selain menjaga keberlangsungan usahanya, pemerintah juga menekankan pada penerapan protokol kesehatan secara ketat guna mencegah penularan.

Industri manufaktur atau pengolahan masih memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai ekspor nasional. Foto Antara/dokumentasi

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan, pemerintah bertekad menjaga aktivitas sektor industri manufaktur di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab, sektor strategis ini terbukti menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Oleh karena itu, selain menjaga keberlangsungan usahanya, pemerintah juga menekankan pada penerapan protokol kesehatan secara ketat guna mencegah penularan virus korona baru.

“Pada triwulan II-2020, industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi sebesar 5,74%. Namun demikian, kontribusinya terhadap PDB masih terbesar dengan capaian 17,83%,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, akhir pekan lalu.

Selanjutnya, ekspor sektor industri pada periode Januari-Juli mengalami surplus sebesar US$5,19 miliar. Sedangkan investasi sektor industri pada semester I-2020 mengalami peningkatan 23,9% menjadi sebesar Rp 129,56 triliun bila dibandingkan periode yang sama pada 2019.

“Capaian-capaian positif di sektor industri harus kita jaga dan kinerjanya terus ditingkatkan,” ujarnya.

Agus menilai, sejumlah aktivitas ekonomi mulai meningkat pada Juni 2020. Salah satunya ditunjukkan oleh Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juli 2020 mencapai level 46,9, naik dari bulan sebelumnya sebesar 39,1. Selanjutnya, utilisasi industri sekarang sudah mendekati 55%. Sebelum pandemi Covid-19, utilisasi rata-rata sektor manufaktur berkisar pada 75%, dan sempat menurun hingga 40%.