Menakar ekonomi 2019, menanti tangan dingin wapres dan menteri

Gejolak ekonomi pada 2019 diprediksi bakal semakin sulit. Mengingat, berbarengan dengan tahun politik.

Pedagang sayuran menjajakan dagangannya di pasar. Antara Foto

Gejolak ekonomi pada tahun 2019 diprediksi bakal semakin sulit. Mengingat, berbarengan dengan tahun politik, di mana sangat menentukan bagi kondisi dan kesinambungan perekonomian Indonesia untuk lima tahun ke depan. 

Beberapa lembaga survei menyebut, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengungguli elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno. Meski begitu, kemenangan pasangan calon nomor urut 01 itu belum bisa jadi jaminan. Hasil akhir tetap akan mengacu pada 17 April 2019 mendatang.

Menjelang Pemilu, kalangan menyebut kinerja perekonomian Indonesia ke depan sebenarnya bukan terletak pada siapa presidennya. Melainkan sang wakil presiden. Artinya, masyarakat akan melihat pada sosok KH. Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Tapi ada juga keberhasilan ekonomi justru dilihat dari kinerja para pembantu presiden yakni menteri.

Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, menilai mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih memilih wakil presiden yang berlatar belakang ekonomi. Pada Pilpres 2004 dengan Jusuf Kalla. Kemudian pada 2009 dengan Boediono. Jusuf Kalla kemudian melanjutkan kembali mengemban tugas Wakil Presiden pada kepimpinan Joko Widodo (2014-2019). 

“Kuncinya sekarang ada di wapres. Saya melihat apa yang bisa dilakukan Wapresnya ketika melihat Jusuf Kalla (JK) di kabinet SBY, menjalankan sekali fungsi dan peran wapresnya di bidang ekonomi. Kita melihat waktu itu perekonomian cukup signifikan naiknya. Saya melihat peran dari JK,” kata Fithra kepada Alinea.id di Jakarata, Rabu (3/1).