Menjaga agar tak terjegal inflasi pangan

El Nino diperkirakan masih akan berlanjut hingga awal tahun 2024 dan akan memengaruhi produksi tanaman pangan Indonesia.

Ilustrasi kenaikan harga pangan. Foto Freepik.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia per Desember 2023 menembus 2,61% secara tahunan. Angka ini turun drastis dari periode yang sama di tahun 2022 yang sebesar 5,51% dan menjadi yang terendah sejak 2 dekade terakhir.

Tingkat inflasi nasional ini kontras dengan beberapa komponen inflasi harga pangan bergejolak (volatile food). Di mana komponen harga pangan bergejolak melonjak hingga 6,73% secara tahunan, dengan komoditas penyumbang inflasi utama, yakni cabai merah, bawang merah, tomat, cabai rawit, beras, telur ayam ras, minyak goreng, dan gula pasir.

“Kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07% dan andil inflasi 0,29%,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Selasa (2/1) lalu.

Inflasi harga pangan bergejolak ini relatif tinggi, disebabkan oleh dampak cuaca akibat fenomena El Nino. Karena fenomena ini, produksi pangan, terutama padi dan aneka cabai pun menjadi tidak optimal, sehingga mendongkrak harga komoditas-komoditas tersebut.

Selain itu, restriksi ekspor pangan yang terjadi di beberapa negara juga turut mengerek inflasi harga pangan pada Desember 2023. Karena dua fenomena ini, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, komponen volatile food masih akan menjadi faktor penyumbang inflasi nasional di sepanjang 2023.