Menjemput peluang bisnis musiman di tengah ancaman wabah

Bisnis musiman saat Natal dan Tahun Baru mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Siapa sangka jika perayaan malam tahun baru sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu? Mengutip History.com, perayaan pergantian tahun pertama kali dilakukan oleh orang Babilonia, di Babilon Kuno.

Kala itu, masyarakat Babilon mengadakan festival keagamaan yang disebut Akitu atau berarti memotong musim semi di dalam bahasa Sumeria. Orang Babilon menganggap bulan baru pertama setelah titik balik musim semi atau hari di akhir bulan Maret sebagai tahun baru.

Setelah waktu berlalu dan sistem penghitungan kalender semakin canggih, berbagai bangsa mulai menggunakan tanda dari pertanian atau astronomi untuk menyematkan hari pertama dalam satu tahun. Di Mesir misalnya, orang-orang menjadikan hari datangnya banjir tahunan Sungai Nil, yang juga bertepatan dengan terbitnya bintang Sirius sebagai tahun baru. Sedangkan hari pertama tahun baru bangsa China atau Imlek, terjadi di dua bulan pertama setelah titik balik matahari musim dingin.

Selanjutnya, pada tahun 46 SM (Sebelum Masehi), Kaisar Romawi Kuno Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian, yang menjadi acuan banyak negara hingga saat ini. Kala itu, Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari pertama tahun itu, yang dilakukannya untuk menghormati dewa Romawi Janus. 

Sementara itu, bangsa Romawi merayakan tahun baru dengan mempersembahkan korban kepada Janus dan menghias rumah-rumah dengan cabang pohon salam. Selain itu, mereka juga menghadiri pesta dan bertukar hadiah satu sama lain.