Menko Airlangga jelaskan penyebab kontraksi ekonomi

Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pertumbuhan mengalami kontraksi cukup dalam akibat pembatasan aktivitas di luar rumah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) saat memberikan keterangan pers terkait kebijakan di sektor keuangan yang akan diambil pemerintah untuk mengantisipasi coronavirus di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Alinea.id/Nanda Aria.

Berdasarkan angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 terkontraksi sebesar 5,32%, dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2020 dibandingkan dengan semester I-2019 terkontraksi 1,26%.

“Keterbatasan aktivitas ekonomi akibat pembatasan sosial dan fisik, sangat berdampak terhadap faktor pembentuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto seperti dilansir kominfo.go.id, Selasa (5/8).

Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pertumbuhan mengalami kontraksi cukup dalam akibat pembatasan aktivitas di luar rumah. Pengaturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa provinsi dan kabupaten/kota membuat aktivitas ekonomi terhenti dan masyarakat kemudian membatasi pengeluarannya untuk kesehatan serta makanan dan minuman. Kontraksi konsumsi rumah tangga ini menjadi penekan di tengah kinerja investasi dan perdagangan internasional yang juga terbatas.

“Dari sisi sektoral, dua sektor utama yang memiliki kontribusi terbesar serta berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat adalah sektor perdagangan dan manufaktur,” tutur Menko Airlangga.

Kedua sektor tersebut terdampak cukup dalam terutama karena merupakan sektor dengan serapan tenaga kerja tertinggi, sehingga dampaknya terhadap penghasilan dan konsumsi masyarakat semakin besar.