Menkop: Produksi cangkul seharusnya selesai di industri 1.0

Kebutuhan cangkul Indonesia ternyata cukup besar, yakni mencapai 10 juta per tahun.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki (ketiga kiri) didampingi Bupati Sukabumi Marwan Hamami (kanan) memperlihatkan cangkul buatan UKM Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (23/11).AntaraFoto

Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Teten Masduki mengaku malu karena Indonesia masih mengimpor cangkul. Padahal masalah cangkul seharusnya bisa diselesaikan pada revolusi Industri 1.0, bukan revolusi Industri 4.0 seperti saat ini.

"Semestinya persoalan bahan baku sudah selesai di 1.0, bukan saat ini," tutur Teten dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2019, di Jakarta, Kamis (28/11).

Teten mengakui kementeriannya telah diminta Presiden Jokowi agar menggerakkan UMKM untuk memproduksi cangkul. Identifikasi masalah juga telah dilakukan. Di antaranya pandai besi yang tidak memiliki bahan baku karena tak dapat suplai dari Krakatau Steel. 

Kebutuhan cangkul Indonesia ternyata cukup besar, yakni mencapai 10 juta per tahun. Untuk itu, dirinya berupaya menghubungkan pembuat cangkul di masyarakat dengan pemasok bahan baku, lalu dengan pasar, seperti beberapa kementerian dan pemilik kebun, dan sumber pembiayaan.

"Mudah-mudahan tahun ini dan tahun depan sudah bisa mengurangi impor," kata Teten.