Menperin: Ekspor impor industri makanan dan minuman Indonesia surplus US$12,95 M

Pada triwulan II-2022, industri pengolahan di sektor nonmigas berkontribusi sebanyak 16,01 persen terhadap PDB kinerja industri nasional.

ilustrasi. foto Pixabay

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kondisi industri makanan dan minuman di Indonesia saat ini mengalami surplus. Padahal menurutnya, kondisi ketidakpastian global yang ada sekarang cukup mempengaruhi beberapa komoditas pangan, seperti perang Rusia-Ukraina, peningkatan harga energi yang membuat naiknya biaya produksi dan pengemasan makanan, kebijakan proteksionisme stok pangan seperti yang dilakukan India, dan konversi komoditi pangan menjadi bahan baku energi.

Menperin melaporkan, pada triwulan II-2022, industri pengolahan di sektor nonmigas berkontribusi sebanyak 16,01 persen terhadap PDB kinerja industri nasional. Di sektor non migas itu sendiri, subsektor industri makanan dan minuman menduduki posisi tertinggi sebagai kontributor PDB industri pengolahan nonmigas, yaitu sebanyak 38,38 persen.

“Industri makanan dan minuman ini jauh lebih tinggi dari subsektor lainnya, seperti di urutan kedua ada industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang hanya mencapai 11,09 persen,” kata Menperin dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Perindustrian, Senin (22/8).

Ia juga menyampaikan ekspor sektor industri periode triwulan II-2022 juga mengalami surplus sebanyak 13,97 persen. Tercatat ekspor pada paruh waktu awal tahun 2022 mencapai US$102 miliar, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$81,07 miliar.

Dengan demikian, kontribusi ekspor sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 72,31% terhadap total ekspor nasional yang mencapai US$141,07 miliar.