Milenial dan gen Z berburu obligasi ritel

Obligasi ritel pemerintah dinilai menjadi instrumen investasi paling aman dan likuid di era pandemi.

Ilustrasi. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Kalau 14 tahun yang lalu Pamitra Wineka tidak berinvestasi di obligasi ritel pemerintah, mungkin TaniHub Group tidak pernah ada. Sebabnya, sebagian besar modal investasi Tanihub ini berasal dari uang jaminan obligasi pemerintah yang diagunkan oleh Eka, begitu ia akrab disapa.

Waktu itu, Eka masih remaja. Baru saja memasuki tahun ke-2 kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tapi di usia yang masih muda belia, dia sudah sadar untuk berinvestasi. Sebagian uang yang dimilikinya ditanam di beberapa instrumen investasi, termasuk saham dan obligasi ritel.

Ketika pemerintah meluncurkan obligasi negara ritel (ORI) pertama kali pada 2016 dengan seri ORI001, ia langsung saja menempatkan uangnya di sana. Saat itu, kata Eka, kupon bunganya masih 12,5% dengan tenor 3 tahun. Menggiurkan.

“Waktu itu (investasinya) Rp100 juta aja sih,” kata Eka saat berbincang dengan Alinea.id belum lama ini.

Sejak saat itu, pria yang kini menjabat sebagai presiden sekaligus Co-founder TaniHub ini tidak pernah absen berinvestasi di obligasi ritel pemerintah. Hingga obligasi ritel terbaru seri ORI018, Eka juga masih belum absen. Bahkan kali ini, jumlah dana yang dia gelontorkan cukup besar, lebih dari Rp1 miliar.