Mobilitas logistik di Papua terganggu imbas penyanderaan pilot Susi Air

Susi Air melayani rute-rute perintis yang tidak dilayani pesawat komersial umumnya, termasuk di Papua.

Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti, memastikan 70% mobilitas penerbangan dan pergerakan logistik di Papua tidak berjalan normal. Alinea.id/Immanuel Christian

PT ASI Pudjiastuti Aviation, penyedia layanan angkutan udara Susi Air, memastikan 70% mobilitas penerbangan dan pergerakan logistik di Papua tidak berjalan normal. Pangkalnya, menghentikan sementara layanannya di “Bumi Cenderawasih”.

Pendiri Susi Air, Susi Pudjiastuti, menerangkan, maskapainya melakukan 60-100 penerbangan per hari. Pada 2012, mengantongi kontrak rute perintis dari negara, di mana 60% dari total biaya ditanggung pemerintah alias disubsidi.

“[Sebanyak] 70% dari penerbangan porter kita akhirnya jadi berhenti sekarang. Kalau porter terbang 1 hari sampai 40 flight. Jadi, sudah lebih dari 25 flight berhenti,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/3). 

Susi Air adalah salah satu maskapai perintis, yang menjangkau wilayah pegunungan dan tidak dilayani pesawat komersial pada umumnya, termasuk Papua. Layanan di Papua disetop menyusul salah seorang pilotnya, Kapten Philips Marc Marthein, disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023.

Susi menyampaikan permintaan maafnya atas hal ini kepada masyarakat Papua, pemerintah daerah, dan seluruh komunitas di Papua. Sebab, kemungkinannya mustahil untuk melakukan penerbangan di wilayah pegunungan.