Bagaimana cara pelaku UMKM beradaptasi di tengah pandemi Covid-19 agar tetap cuan?
Atinah, 47 tahun, duduk bersedekap. Matanya menatap jalan di salah satu kompleks perkantoran di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kudapan donat kampung, pastel, dan risol yang ia buat dan bawa dari rumah masih utuh di wadahnya.
Biasanya ada saja pegawai kantor yang mampir ke tempatnya berjualan untuk membeli. Tapi sejak ada kebijakan bekerja, beribadah, dan belajar di rumah, dagangannya sepi pembeli. “Kalau biasanya bisa Rp200.000. Sekarang baru dapat Rp50.000. Sudah tiga mingguan seperti ini,” Atinah berkesah, Rabu (8/4).
Atinah menjadi tulang punggung keluarga sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu. Dua anaknya masih bersekolah. Si sulung baru menyelesaikan ujian akhir SMK, sementara yang bungsu masih duduk di bangku kelas satu SMK.
Wanita paruh baya berperawakan gemuk itu bingung bagaimana cara membiayai sekolah anaknya jika situasi tidak segera berubah. Ia berharap si sulung bisa segera dapat kerja dan membantu membiayai sekolah sang adik nantinya.
“Ya mudah-mudahan saja bocah (si sulung) cepat dapat kerja. Tapi bingung juga kalau kayak begini. Mau kerja di mana? Katanya, malah banyak yang dipecat-pecatin,” ucap Atinah sembari mengusap peluh yang menetes dari kening.