Soal seruan boikot produk Prancis, pengusaha minta tak anarkis

Aprindo meminta ketegasan dari pihak berwenang agar tidak terjadi aksi anarkis yang merugikan masyarakat dan pelaku usaha.

Ilustrasi logo perusahaan Nestle. Foto diambil 28 September 2020. Foto REUTERS/Arnd Wiegmann.

Seruan boikot produk Prancis mengemuka setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengambil sikap membela karikatur Nabi Muhammad. Boikot dilakukan oleh berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia. 

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) berharap hubungan dagang antara Indonesia dan Prancis yang telah terjalin lama tetap dapat berlangsung di tengah seruan boikot itu. Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey yakin mekanisme perdagangan tetap dapat berjalan wajar dan normal. Meskipun demikian, dia juga tetap menghormati hak konsumen untuk tidak membeli produk yang tidak diinginkannya.

“Kami menghormati keputusan konsumen, apakah akan membeli atau tidak atas produk dari Prancis yang dijual di gerai ritel modern. Pasalnya, hal itu merupakan hak pilihan dan keputusan konsumen atau individu yang menentukan dalam berbelanja. Jadi biarlah perdagangan berjalan seperti biasanya dan normal,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (2/11).

Di sisi lain, Aprindo juga meminta ketegasan dari pihak berwenang agar tidak terjadi aksi yang merugikan masyarakat dan pelaku usaha atas hal yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang memprovokasi dan cenderung anarkis. 

“Aksi ini tidak memberikan suatu manfaat apapun, justru makin membebani perekenomian, khususnya sektor perdagangan, yang saat ini sedang diupayakan pemerintah agar dapat terjadi peningkatan dan kestabilan konsumsi rumah tangga," ujarnya.