Indonesia tak dilirik investor karena kurang berdaya saing

investasi yang kemungkinan masuk ke Indonesia dari China diperkirakan angkanya hanya 0,011%.

Pekerja beraktivitas di lokasi proyek jalan tol layang di jalan Andi Pangeran Pettarani, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/11/2018). Pembangunan jalan tol layang sepanjang 4,3 km tersebut memiliki nilai investasi sekitar Rp2,2 triliun dengan masa kontruksi selama 22 bulan tanpa adanya pembebasan lahan. ANTARA FOTO

Perang dagang antara China dengan Amerika Serikat masih terus berlanjut hingga saat ini. Meski diperkirakan Indonesia bisa mengambil keuntungan, lantaran pelaku usaha di China mulai ancang-ancang untuk merelokasi usahanya ke negara-negara berkembang di Asia Tenggara, namun faktanya tidak selalu demikian.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, investasi yang kemungkinan masuk ke Indonesia dari China akibat adanya perang dagang jumlahnya tak terlalu besar. Diperkirakan, angkanya hanya 0,011%.

“Alasannya, investor AS maupun Tiongkok akan lebih memilih negara tetangga untuk berinvestasi,” kata Enny dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Rabu, (28/11).

Enny menilai, investasi yang berasal baik dari Amerika Serikat atau China tak sepenuhnya akan masuk ke Indonesia. Pasalnya, kemudahan menjalankan bisnis (ease of doing bussiness) di Indonesia kurang memiliki daya saing dengan negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

“Limpahan investasi tersebut kurang nendang bagi Indonesia, karena kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Peringkat daya saing Indonesia pada 2018 berada pada posisi 45. Jauh dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand,” kata Enny.