Perang e-commerce: Siapa tumbang, siapa menang?

Hingga saat ini hampir semua perusahaan e-commerce belum meraih profit. Bahkan, 16 di antaranya kini harus tumbang dan tersingkir.

Infografik e-commerce lokal yang gulung tikar dalam 10 tahun terakhir. Alinea.id/MT Fadillah

Lutfia Kazimah (19 tahun) senang bukan kepalang saat skin care pesanannya sampai ke rumah. Dia bilang, skin care itu dibelinya langsung dari Korea dengan menggunakan jasa online shop.

Zizi, begitu ia disapa, membelinya sejak pertengahan Februari dan baru tiba setelah dua pekan penantian. Dia mengaku, selalu membeli kebutuhan perawatannya melalui online shop sejak mulai mengerti pentingnya kecantikan bagi wanita pada 2018 silam.

Menurut dia, membeli skin care melalui e-commerce jauh lebih mudah dan tidak ribet. Lagi pula, kualitas dan barangnya sama saja dengan yang ada di toko-toko retail offline (luar jaringan/luring).

“Lebih simple sih menurut aku. Lagian kenapa harus ke toko ‘kan kalau barangnya sama aja. Skin care ‘kan enggak kayak baju gitu yang harus disentuh,” ungkap Zizi saat ditemui reporter Alinea.id pekan lalu.

Selain produk kecantikan, mahisiswi jurusan komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung ini juga kerap membeli barang-barang fesyen melalui toko retail online (dalam jaringan/daring). Alasannya, lagi-lagi sangat sederhana; simpel dan tidak ribet.