Pertanian: Sektor 'menua' yang sanggup angkat ekonomi nasional 

Perlu ada keberpihakan anggaran untuk sektor pertanian agar mampu menyokong pertumbuhan ekonomi nasional.

“History repeats itself. First as a tragedy. Second as a farce.” – Karl Marx

Sejarah berulang. Pertama, sebagai tragedi. Kedua, sebagai lelucon. Karl Marx, pencetus paham marxisme, mengatakan hal ini puluhan tahun silam. Seorang pemikir kiri yang hasil buah pikirnya banyak ditentang tapi juga banyak diadopsi oleh bapak bangsa kita. Tan Malaka dan Soekarno adalah dua bapak bangsa yang dalam beberapa hal sepakat dengan pemikiran Marx.

Sekarang, kata-kata Karl Marx itu perlu diresapi lebih dalam oleh petinggi bangsa ini. Lagi dan lagi, sejarah yang sama berulang di negeri ini. Ketika perekonomian anjlok kuartal II lalu, satu lelucon yang lucu tapi tidak layak ditertawakan terulang.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Agustus 2020 menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 5,32% secara tahunan. Hampir semua sektor pengungkit ekonomi turut anjlok. Sebut saja sektor perdagangan yang minus 7,57%, pengolahan -6,19%, konstruksi -5,39%, transportasi -30,84%, dan akomodasi makan dan minum -22.02%.

Dari semua sektor utama pengungkit ekonomi, hanya satu sektor yang tumbuh positif: pertanian. Pada kuartal II-2020, sektor pertanian masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yakni 2,19% secara tahunan atau 16,24% dalam satu triwulan.