Ekonom: Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 belum signifikan

"Secara riil, Indonesia hanya tumbuh 0,01% pada triwulan III-2022. Sangat kecil sekali."

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Freepik

Potensi dan ancaman pertumbuhan ekonomi Indonesia

Ekonom dan pakar kebijakan publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72% secara tahunan (yoy) pada triwulan III-2022 masih terlalu rendah dari potensinya. Alasannya, selisih pertumbuhan ekonomi dan inflasi berbeda tipis.

"Harus kita bandingkan angka pertumbuhan ekonomi 5,72% dengan tingkat inflasi 5,71%. Artinya, pertumbuhan ekonomi saat ini belum begitu signifikan. Secara riil, Indonesia hanya tumbuh 0,01% pada triwulan III-2022. Sangat kecil sekali," tegasnya dalam keterangannya, Selasa (8/11).

Menurutnya, Indonesia harusnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi jika mengoptimalisasi pengembangan hilirisasi pertambangan. Sebagai negara penghasil nikel terbesar, baginya, negara mestinya memperoleh kontribusi besar dari sektor industri pertambangan. Sayangnya, sektor ini hanya mampu menyumbang 3,22% (yoy) terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sektor pertanian juga disebut Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai salah satu sektor utama dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 1,65% (yoy). Namun, bagi Achmad, capaian itu belum ideal mengingat angka impor masih dominan dibanding ekspor.