Polemik kenaikan harga beras, Kepala BPS: Gak usah worry

Pasalnya kenaikan harga beras relatif landai kecuali tingkat inflasi tinggi.

Agen e-warong menunjukkan beras bantuan pangan nontunai (BPNT) di Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, Kamis (26/9/2019). AntaraFoto

Kepala Badan pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan, naik turunnya harga beras nasional sangat dipengaruhi oleh pola produksi padi yang musiman dan berlaku sama setiap tahunnya.

Pola tersebut terbagi dua, yaitu musim tanam yang terjadi pada November hingga Desember, dan musim panen raya yang berlangsung pada Maret hingga April.

Dari pola produksi yang sama di tiap tahunnya, Margo mengatakan, seharusnya pemerintah bisa mempelajari pola tersebut untuk mengambil langkah dalam penyerapan beras saat panen raya tiba, dan intervensi pasokan beras saat masuk musim tanam.

“Kalau dilihat dari riwayat pola panen, Maret dan April adalah fase panen raya. Artinya kita seharusnya bisa menyerap produksi beras sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, saat paceklik dan musim tanam itulah kita intervensi supaya harga beras bisa terkendali,” ujar Margo dalam Raker dan RDP Menteri Pertanian, Kepala BPS, Kepala Bapanas, dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12).

Margo menegaskan, seharusnya di tahun ini memiliki surplus beras. Alasannya, selama 2022, total produksi beras nasional diperkirakan mengalami surplus mencapai 3,70 juta ton. Sehingga ia berharap ke depannya agar pemerintah bisa menggunakan pola produksi beras untuk menentukan waktu penyerapan dan intervensi beras.