Rayuan paylater dan jebakan gaya hidup konsumtif 

Pangsa pasar paylater menyasar masyarakat yang belum tersentuh perbankan dengan bunga lebih tinggi dari kartu kredit.

Ilustrasi Alinea.id/Debbie Alyuwandira.

Bibi (bukan nama sebenarnya) sudah mengenal layanan beli sekarang bayar nanti atau dikenal paylater sejak akhir 2019 lalu. Kala itu, ia tergoda rayuan promosi Shopee PayLater yang menawarkan bunga 0% kepada konsumen yang menggunakan fasilitas ini dengan tenor satu bulan.

Hal ini semakin menggiurkan tatkala pendaftarannya ternyata sangat mudah. Hanya bermodal foto KTP (kartu tanda penduduk) dan foto diri dengan KTP. Dalam waktu 1 kali 24 jam saja, Bibi langsung bisa bertransaksi paylater di e-commerce asal Singapura itu.

Menurutnya, tak semua pelanggan marketplace bercorak oranye itu bisa mendaftar fitur paylater. “Cuma yang dapat tawaran dari Shopee aja yang bisa ngajuin. Jadi ya udah, daftar aja, mumpung bunganya 0% ini kan kalau aku bayar tiap bulan,” kisah karyawan perusahaan produsen jaket dan pakaian outdoor di Cikarang, Jawa Barat itu kepada Alinea.id, Sabtu (9/7).

Pada mulanya, Bibi memang membatasi penggunaan paylater ketika berbelanja di Shopee, dengan hanya membeli barang-barang yang memang penting dan sangat dibutuhkan saja. Namun, lama-kelamaan laki-laki 28 tahun itu ketagihan dalam menggunakan fasilitas ini, hingga limit yang pada awal pendaftaran yang hanya Rp750.000 pun dinaikkan menjadi Rp12 juta. 

Tagihan yang harus dibayarkannya pada tanggal 25 tiap bulannya, mencapai Rp2,5 juta. Meski hampir setengah gajinya habis untuk membayar tagihan, dia masih menggunakan paylater untuk berbelanja di Shopee. Bahkan, ketika platform belanja daring yang telah berdiri sejak 2005 ini mengeluarkan fitur baru, SPinjam, Bibi kembali tertarik untuk menggunakan layanan anyar ini.