Realisasi produktivitas perkebunan masih rendah

Kelapa sawit yang selama ini menjadi produk unggulan penghasil devisa, produktivitasnya hanya 36,3%.

Seorang petani melakukan penyadapan getah karet di Perkebunan PTPN VIII Panglejar, Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (3/7)./AntaraFoto

Produktivitas komoditas perkebunan dinilai sudah “lampu merah”. Ini karena capaian hasil produksi jauh dari potensi produksinya. Untuk itu, pihaknya sedang melakukan assessment untuk meningkatkan produktivitas perkebunan.

“Kami melakukan assessment memang karena kondisi produktifitas kita sudah lampu merah. 
Artinya kinerja dan realisasi dengan yang dicapai jauh dari potensi produksinya,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi pada forum Investment Dialogue dalam APKASI Otonomi Expo 2019, di Jakarta Convention Center, Kamis (4/7).

Ia mencontohkan, kelapa sawit yang selama ini menjadi produk unggulan penghasil devisa, produktivitasnya hanya 36,3%. Padahal, itu sudah dilakukan assessment.

“Tentu saja kami bangga sebagai produsen nomor satu di dunia. Tetapi berbicara hasil produsen terbesar saja tidak cukup, tentu kita tidak bisa lepas dari produktivitas,” tuturnya.

Hal yang sama juga terjadi di hasil perkebunan kelapa. Secara persentase, produktivitas kelapa lebih anjlok dibandingkan dengan sawit, yakni hanya 20,6% dari potensinya.