Rupiah menguat, BI sebut salah satunya dampak dari kebijakan pemerintah

Menguatnya rupiah  dipicu oleh faktor internal dan eksternal

Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran uang di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa (2/10)./AntaraFoto

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), posisi rupiah pada Selasa (6/11) bergerak di level Rp14.891, menguat 81 poin jika dibandingkan dengan level rupiah pada Senin (5/11) yang berada di level Rp14.972. 

Penguatan rupiah pada hari ini, disebabkan mulai meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Juga didorong kebijakan pemerintah, terutama dengan menekan dan mengelola defisit transaksi berjalan. Hal itu sudah mulai terlihat hasilnya. Meskipun sebenarnya dampak dari kebijakan pemerintah tersebut belum terserap secara maksimal, karena beberapa kebijakan yang lain juga masih terus berlangsung. 

"Memang belum bisa dilihat secara maksimal. Bagaimana pun juga, ada impor untuk capex. Itu yang terus berjalan," jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebut,  saat ditemui di Hotel Pullman Jakarta, Selasa (6/11). 

Sementara dari sisi impor non strategis, misalnya, konsumsi sudah relatif lebih rendah. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor pada kuartal III-2018 tumbuh dikisaran 14,06%, sementara pada triwulan II-2018 sebesar 15,17%. Angka pertumbuhan impor riil sendiri di kuartal III-2018 lebih rendah dibandingkan kuartal II-2018. "Jadi mungkin lebih banyak kita lihat di kuartal IV-2018," papar Dody.