Sempat dilarang masuk, ini alasan China tolak porang Indonesia

Porang yang dikirim dari Indonesia memiliki beragam warna karena proses produksi yang berbeda.

Analis Perkarantinaan Tumbuhan Madya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Aprida Cristin. Foto istimewa

Analis Perkarantinaan Tumbuhan Madya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Aprida Cristin mengatakan, China menutup keran impor porang dari Indonesia secara sepihak dan tiba-tiba yang berlaku pada 1 Juni 2020. Sejak saat itu, banyak penolakan terhadap ekspor porang asal Indonesia ke China sehingga mendorong pemerintah Indonesia dalam hal ini Barantan untuk melakukan komunikasi resmi ke pemerintah China, namun hasilnya nihil.

Melalui Kedutaan Besar RI di Beijing, ditemukan salah satu alasan yang membuat porang asal Indonesia ditolak, yaitu keamanannya. Disebutkan Aprida, sebelum adanya penolakan ekspor porang ke China, serpih atau chip porang yang dikirim dari Indonesia memiliki beragam warna karena proses produksi yang berbeda.

“Serpih porang yang diproduksi dengan dijemur di bawah sinar matahari memiliki warna coklat kehitaman, sedangkan yang diproses dengan oven berwarna kekuningan cerah. Beragamnya warna chip porang ini yang menjadi concern China terhadap porang Indonesia,” jelas Aprida dalam diskusi daring oleh Alinea.id bertajuk “Strategi Menembus Pasar Ekspor Porang Ke China” pada Rabu (28/9).

Berdasarkan data yang disampaikan Aprida, ekspor porang Indonesia ke China sebelum ada pelarangan sangat mendominasi yaitu pada 2019, ekspor porang Indonesia ke China tercatat sebanyak 714.237 kilogram (kg), sedangkan negara tujuan lainnya yaitu Jepang dan Macau masing-masing hanya 0,20 kg dan 10 kg.

Namun saat pelarangan ekspor berlaku, porang Indonesia akhirnya terserap ke negara alternatif lainnya, yaitu per 1 Juni 2020 hingga 31 Desember 2020 porang yang masuk ke China sebanyak 785,373 kg. Pada periode yang sama, pasar porang pun bertambah pesat di Thailand yang mencapai 865,996 kg, kemudian disusul Vietnam 233,936, dan Myanmar sebanyak 62,300 kg.