Dari total 300 lapangan migas, sebanyak 270 sumur bor telah berusia lebih dari 40 tahun.
PT Pertamina EP tengah mempersiapkan diri untuk mengelola secara mayoritas sumur bor atau lapangan produksi minyak dan gas yang sudah tua. Dari total 300 lapangan migas, sebanyak 270 sumur bor telah berusia lebih dari 40 tahun.
Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, mengatakan bahwa perusahaannya memiliki berbagai strategi untuk mencegah penurunan produksi migas di sumur tua dengan melakukan berbagai optimalisasi.
“Lapangan-lapangan tua ini masih produksi. Secara keekonomian masih masuk hitungan kami, ya kita produksikan. Karena kita butuh minyak dan gas dari domestik,” kata Nanang dalam sebuah forum yang digelar di Jakarta pada Rabu, (7/11).
Adapun strategi yang akan dilakukannya, kata Nanang, yakni mengoptimalisasi lapangan migas tua. Caranya, dengan memperbaiki fasilitas dan memanfaatkan penggunaan teknologi baru. Juga perseroan akan meningkatkan penggunaan teknologi injeksi dengan berbagai cara seperti penggunaan Electrical Submersible Pump (ESP) hingga Enhanced Oil Recovery (EOR).
Salah satu lapangan migas tua yang saat ini tengah digenjot produksinya adalah lapangan minyak Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. PT Pertamina EP menargetkan pada 2019 produksinya naik menjadi 10.903 barel per hari. Angka ini meningkat lebih dari 3.000 barel per hari dari tahun sebelumnya atau rata-rata produksi yang hanya sekitar 7.000 barel per hari.