close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Lokasi lapangan migas Sukowati yang akan digarap PT Pertamina EP. Foto: Pertamina.com
icon caption
Lokasi lapangan migas Sukowati yang akan digarap PT Pertamina EP. Foto: Pertamina.com
Bisnis
Rabu, 07 November 2018 16:03

Siasat Pertamina cegah penurunan produksi migas di sumur tua

Dari total 300 lapangan migas, sebanyak 270 sumur bor telah berusia lebih dari 40 tahun.
swipe

PT Pertamina EP tengah mempersiapkan diri untuk mengelola secara mayoritas sumur bor atau lapangan produksi minyak dan gas yang sudah tua. Dari total 300 lapangan migas, sebanyak 270 sumur bor telah berusia lebih dari 40 tahun.

Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, mengatakan bahwa perusahaannya memiliki berbagai strategi untuk mencegah penurunan produksi migas di sumur tua dengan melakukan berbagai optimalisasi.

“Lapangan-lapangan tua ini masih produksi. Secara keekonomian masih masuk hitungan kami, ya kita produksikan. Karena kita butuh minyak dan gas dari domestik,” kata Nanang dalam sebuah forum yang digelar di Jakarta pada Rabu, (7/11).

Adapun strategi yang akan dilakukannya, kata Nanang, yakni mengoptimalisasi lapangan migas tua. Caranya, dengan memperbaiki fasilitas dan memanfaatkan penggunaan teknologi baru. Juga perseroan akan meningkatkan penggunaan teknologi injeksi dengan berbagai cara seperti penggunaan Electrical Submersible Pump (ESP) hingga Enhanced Oil Recovery (EOR).

Salah satu lapangan migas tua yang saat ini tengah digenjot produksinya adalah lapangan minyak Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. PT Pertamina EP menargetkan pada 2019 produksinya naik menjadi 10.903 barel per hari. Angka ini meningkat lebih dari 3.000 barel per hari dari tahun sebelumnya atau rata-rata produksi yang hanya sekitar 7.000 barel per hari.

"Rencana EOR di lapangan Sukowati kita sudah studi beberapa tahun terakhir ini, mana yang paling cocok untuk lapangan ini," kata dia.

Nanang menjelaskan, produksi migas lapangan Sukowati pernah mencapai puncaknya sekitar 40 ribu barel per hari. Namun, beberapa tahun terakhir, produksi migas di lapangan tersebut terjun bebas ke level 6.000 barel per hari.

“Kita akan starting di 9.000 barel per hari. Harapan kita bagaimana bisa eksekusi program yang kita canangkan ini. Supaya ini bisa terjadi dan puncaknya itu akan bisa mencapai 12 ribu barel per hari," ujarnya.

Untuk mencapai target itu, PT Pertamina EP menjalankan 4 strategi. Pertama, pengembangan lapangan Sukowati pada POD (Plan of Development) tahap 5, optimisasi POD dengan penambahan 1 sumur injeksi, perbaikan bonding semen, dan memperbarui waduk untuk mencapai level air yang dibutuhkan saat ini.

Meski telah memilih strategi yang cukup kompeten, akan tetapi menurut Nanang ada beberapa kesulitan yang perlu dicari terlebih dahulu solusinya. Salah satunya terkait penciptaan semen bonding mutakhir untuk membuat minyak dan air menyatu.

“Pada akhirnya kami berharap di 2018 akan berkembang lapangan-lapangan baru serta set kelola baru dari Sukowati,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi, mengatakan tantangan lainnya berasal dari kurang maksimalnya hasil dari proses pencarian lapangan migas baru di Indonesia. Itu sebabnya, impor minyak mentah di Indonesia masih terus berjalan. 

"Jadi saya pikir, kita perlu pelajari lagi lapangan-lapangan tua ini," kata Amien.

Secara nasional, produksi minyak dalam negeri tercatat hanya mencapai sekitar 800 ribu barel per hari. Sementara setengah dari konsumsi dalam negeri mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari. 

img
Soraya Novika
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan