Strategi investasi usai perundingan AS-China

Investor disarankan untuk lebih dinamis lagi mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksa dana saham.

Investor disarankan untuk lebih dinamis lagi mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksa dana saham. / Pixabay

Perundingan perdagangan Amerika Serikat dan China bulan lalu berakhir dengan nada optimistis. Kedua belah pihak masing-masing memiliki kepentingan untuk menyudahi ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Pertemuan kedua pun dijadwalkan akan berlanjut di bulan Desember.

Melihat hal tersebut, Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya merekomendasikan investor untuk lebih dinamis lagi mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksa dana saham dengan tetap memperhatikan profil risiko para investor.

"Dengan kondisi yang bergerak ke arah positif ini, alokasi portofolio investasi dapat menjadi lebih dinamis, namun tetap memperhatikan profil risiko setiap nasabah," kata Ivan melalui keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Rabu (13/11).  

Untuk profil risiko balanced, Ivan pun menyarankan untuk membagi porsi portofolio sebanyak 30% di reksa dana fixed income dan 30% di reksa dana saham, mengingat tren suku bunga yang sedang mengalami penurunan. Sedangkan untuk profil risiko growth, Ivan menyarankan tetap memilih porsi lebih besar di reksa dana saham dengan alokasi sebesar 70%.

Ivan meyakini iklim investasi akan lebih positif di kuartal IV-2019. Sebab, mayoritas hasil laporan pendapatan perusahaan penghuni indeks S&P 500 menunjukkan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan perkiraan. Ditambah lagi, dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga membuat sentimen positif untuk pasar investasi.