Thrifting shop: Kala barang lawas jadi primadona 

Bisnis barang bekas semakin marak di tengah larangan impor pakaian lawas.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Bagi sebagian orang, barang bekas tidak lagi berarti. Namun, bagi sebagian lagi barang seken justru dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah jika dijadikan bisnis. Dengan modal minim, keuntungan yang didapat bisa berlipat.

Thrifting shop atau kegiatan berbelanja barang yang lebih murah dan di luar selera pasar ini makin nge-tren di tengah ketidakpastian ekonomi. Thrifting juga dapat diartikan sebagai kegiatan membeli barang bekas pakai berkualitas.

Ialah Julistian, yang memutuskan untuk menghasilkan cuan dari berjualan barang-barang bekas. Bermodal awal sekitar Rp300.000, pemuda 26 tahun itu bisa membeli 7-8 lembar baju seken. Ia mengulak baju seken dari pedagang-pedagang pakaian bekas di sekitaran Pasar Baru dan daerah Sengkaling atau Blimbing, Malang, Jawa Timur. 

Baju lawas itu, ia foto dan pajang di lapak instagram thrifting shop miliknya, @Duadaritiga. 
Dia merinci, kaos tanpa merek biasa dijual dengan harga Rp5.000 hingga Rp35.000 per lembar. Tapi, untuk baju branded dibanderol dengan harga lebih mahal, yakni Rp70.000 sampai di atas Rp100.000.

Untuk celana jeans misalnya, ia biasa beli seharga Rp35.000 sampai Rp70.000, sweater atau jaket di kisaran Rp40.000 sampai Rp80.000, kemeja flanel dengan harga Rp55.000 sampai Rp85.000 dan dress wanita dengan harga Rp25.000 sampai Rp40.000.