TINS pangkas produksi, bagaimana prospek sahamnya?

Harga timah di pasar dunia telah menyentuh nilai US$16.300 per metrik ton pada akhir September 2019.

Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk. (TINS), Mochtar Riza Pahlevi mengatakan TINS melakukan kebijakan pengurangan produksi hingga menurunkan ekspor untuk mengantisipasi harga komoditas yang tertekan. / dok. PT Timah

Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk. (TINS), Mochtar Riza Pahlevi mengatakan perusahaan melakukan kebijakan pengurangan produksi hingga menurunkan ekspor untuk mengantisipasi harga komoditas yang tertekan.

Harga timah di pasar dunia telah menyentuh nilai US$16.300 per metrik ton pada akhir September 2019.

Riza melanjutkan, perseroan telah mengeluarkan kebijakan efektivitas dan efisiensi pada operating cost, terutama volume ekspor menyikapi harga timah yang rendah tersebut.

"TINS menahan produksi dan penjualan timah sebagai upaya untuk merespons harga timah dunia yang menurun. Pengurangan produksi dilakukan dengan pemberhentian operasi kapal keruk (dredge)," kata Riza pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/10).

Sementara itu, untuk tambang darat, perusahaan juga mengurangi jumlah operasional menjadi sebanyak satu shift dari yang semula tiga shift. Selain itu, tujuh kapal isap produksi juga saat ini dalam posisi on hold untuk tidak melakukan operasi penambangan.