Tips ekspor maggot hingga ke Eropa

Maggot dinilai lebih mengurangi pencemaran lingkungan dibanding bahan baku produk ikan atau hewan lainnya.

ilustrasi maggot. Kemlu

CEO PT Biocycle Indo, Budi Tanaka mengatakan, standar ekspor maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) di Eropa merupakan standar tertinggi dan terketat dibanding benua lainnya dengan tujuan untuk mengetahui ketertelusuran suatu produk ekspor (traceability). Meski demikian, menurut pelopor eksportir maggot ini, iklim dan kondisi alam Indonesia sangat mendukung untuk pengembangan industri maggot kualitas dunia yang bersih.

Ia menceritakan, lahirnya PT Biocycle Indo sejak awal berdiri memang ditujukan untuk ekspor dengan target pasar didominasi 90% benua Eropa dan sisanya menuju Kanada, Amerika, serta Jepang. Sehingga, perusahaan yang dibangunnya ini terus berusaha menyesuaikan standar Eropa mulai dari hulu hingga hilir.

“Eropa itu hanya mau menerima maggot yang pakan atau substratnya berasal dari tanaman bukan hewan (animal by product) seperti tulang sisa, daging ayam, atau daging sisa masakan basi. Maggot yang mengonsumsi tanaman memiliki kualitas jauh lebih baik dan lebih disukai oleh hewan ternak jika diproduksi sebagai pakan ternak,” tutur Budi dalam diskusi daring oleh Alinea.id bertajuk Strategi Ekspor Maggot ke Eropa pada Kamis (29/9).

Agar maggot miliknya bisa laku di Eropa, maka pada 2020 Budi memutuskan untuk memindahkan pabrik maggot dari Bogor ke Pekanbaru supaya makin mendekat dengan sumber pakan maggot, yaitu bungkil sawit. 

Dipilihnya bungkil sawit sebagai sumber pakan diketahui karena memiliki sumber protein dan energi yang baik untuk ternak. Menurut Budi, ini juga menjadi aspek penting untuk membuktikan traceability maggot Indonesia ke Eropa.