Angkatan Laut AS sita lebih dari 2.000 AK-47, diduga untuk pemberontak Yaman

Kapal itu, diawaki oleh enam warga Yaman, sedang berlayar di rute melewati Teluk Oman.

Ribuan senapan serbu AK-47 terhampar di dek kapal perusak rudal USS The Sullivans (DDG 68) dalam proses penyitaan. Foto U.S. Navy

Angkatan Laut Amerika Serikat menyita lebih dari 2.000 senapan serbu dari sebuah kapal nelayan, pada Jumat (6/1). Senjata selundupan itu kemungkinan besar ditujukan untuk pemberontak yang didukung Iran di Yaman, kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan.

Kapal itu, diawaki oleh enam warga Yaman, sedang berlayar di rute melewati Teluk Oman yang sering digunakan untuk lalu lintas kargo ilegal ke pemberontak Houthi ketika disergap oleh AL AS, yang menyita 2.116 senapan AK-47.

“Pengiriman ini merupakan bagian dari pola lanjutan aktivitas destabilisasi dari Iran,” kata Wakil Laksamana Brad Cooper, komandan Komando Pusat Angkatan Laut AS, Armada ke-5 dan Pasukan Maritim Gabungan AS.

“Ancaman ini menjadi perhatian kami. Kami tetap waspada dalam mendeteksi setiap aktivitas maritim yang menghambat kebebasan navigasi atau membahayakan keamanan regional,” imbuhnya.

Pada 1 Desember, AS menyita lebih dari 50 ton amunisi, sekering, dan propelan roket dari sebuah kapal penangkap ikan di Teluk Oman, yang memisahkan bagian selatan Semenanjung Arab dari Iran.

Sebulan sebelumnya, Angkatan Laut dan Penjaga Pantai AS mencegat pengiriman bahan peledak Iran yang sangat besar menuju ke Yaman, menurut Komando Pusat AS.

Kapal penangkap ikan tanpa bendera itu membawa lebih dari 180 ton pupuk urea dan amonium perklorat ketika kapal Penjaga Pantai USCGC John Scheuerman dan kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut USS The Sullivan menemukannya di Teluk Oman pada 8 November.

Setelah ahli bahan peledak militer AS memeriksa kapal tersebut dan menurunkan bahan peledak dan anggota awak Yaman, militer AS menganggap kapal tersebut berbahaya bagi navigasi kapal komersial dan menenggelamkannya.

Iran telah lama mendukung sebagian besar pemberontak Syiah Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman utara dan terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Arab Saudi.(nbcnews)